Cegah Learning Loss, Pemerintah Harus Serius Jalankan Program Belajar Dari Rumah

MEDAN – LIPUTAN68.COM – Di Hari Anak Nasional (HAN), Forum Masyarakat Literasi Indonesia (FORMALINDO) mengingatkan pemerintah tentang ancaman penurunan kemampuan belajar (learning loss) selama pandemi COVID-19.

Wakil Ketua FORMALINDO, Erix Hutasoit mengatakan, sekalipun Kemdikbud sudah meluncurkan program Belajar dari Rumah (BDR), namun faktanya masih banyak anak yang tidak aktif belajar. Anak-anak miskin yang tidak memiliki perangkat digital seperti laptop, telepon seluler dan paket internet, serta anak-anak di daerah pedalaman yang minim akses listrik dan internet, paling berpotensi mengalami learning loss.

”Di kota besar seperti Medan saja, ternyata ada ratusan anak yang tidak bisa belajar daring atau online, sekalipun listrik dan jaringan internet sudah tersedia. Faktor kemiskinan menghambat kesempatan anak-anak ini untuk belajar,” terang Erix Hutasoit di Medan, Kamis (23/07).

Lebih lanjut Erix mengatakan, keseriusan pemerintah daerah (pemda) menjalankan program BDR menjadi kunci untuk memotong potensi learning loss. Pemda tidak bisa menyerahkan semua urusan DBR hanya kepada sekolah. Banyak sekali tantangan teknis yang tidak mampu diselesaikan kepala sekolah dan guru.

“Tanggung jawab pendidikan ada di tangan pemda, karena itu pemda pula yang harus mengatur dan menjamin setiap anak bisa belajar dengan aman dan sehat selama BDR,” tambah Erix.

Erix mengatakan, Kabupaten Tana Tidung (KTT) di Kalimantan Utara, bisa menjadi salah satu contoh baik dalam menjalankan BDR. KTT sendiri memiliki luas wilayah 4.828 kilometer persegi, atau lebih luas dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di daerah ini siswa tersebar sepanjang hutan, rawa, sungai dan pesisir. Keadaan ini semakin berat karena belum semua perkampungan di KTT bisa diakses melalui jalan darat.

“Tapi presentase partipasi belajar siswa mereka selama BDR lebih dari 88 persen. Ditengah kebingungan banyak pihak menjalankan DBR periode pertama, persentase belajar di atas 88 persen untuk daerah pedalaman seperti KTT, patut diapresiasi,” tukasnya.

Kepala Seksi Guru dan Tenaga Kependidikan (Kasi GTK) Disdik KTT, Diana melalui saluran seluler mengatakan, sejak sekolah ditutup, pihaknya langsung melakukan pemetaan moda belajar.

Pemetaan ini berhasil menentukan cara agar siswa bisa belajar dari rumah. Dari 4.500an siswa PAUD, SD dan SMP yang dipetakan, ditemukan 11 persen anak bisa belajar menggunakan moda dalam jaringan (daring), 52 persen belajar menggunakan moda daring tanpa tatap muka, dan 37 persen menggunakan moda luar jaringan (luring).

“Pemetaan moda belajar ini, sangat membantu kami mengontrol jalannya BDR,” terangnya.

BAGIKAN KE :
  Banner Iklan Sariksa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *