Oleh: Dr Purwadi, M.Hum
(Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA Hp 087864404347)
A. Istana Presiden dibangun Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati.
Raja Mataram kedua bernama Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati. Memerintah tahun 1601-1613. Nama kecilnya Gusti Raden Mas Jolang. Juga mendapat julukan Sekar Seda Krapyak.
Putra Panembahan Senapati ini terkenal sebagai ahli wisata budaya. Bersama dengan garwa prameswari, Kanjeng Ratu Banuwati Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan. Rakyat hidup makmur sejahtera bahagia aman damai. Murah sandang pangan papan.
Wisata budaya berkembang maju. Bahkan Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati memiliki kantor wisata di Surabaya, Lamongan, Tuban, Rembang, Semarang, Tegal, Batavia dan Banten.
Investor asing menanamkan modal di bumi nusantara. Peluang ini ditangkap dengan cekatan oleh raja Mataram. Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati membangun gedung di Batavia. Digunakan untuk persewaan bisnis.
Pada tanggal 25 Mei 1603 Kanjeng Ratu Banuwati mengusulkan pembangunan gedung Sasana Cakrawati. Gagasan cemerlang ini berhasil dengan gemilang. Gedung Sasana Cakrawati laris manis sebagai lahan bisnis. Investor mancanegara banyak yang tertarik untuk menyewa.
Hasil sewa gedung digunakan untuk mengembangkan wisata budaya. Dibantu pula oleh Sultan Abdul Karim dari Kerajaan Cirebon. Hubungan akrab ini malah berlanjut pada hubungan keluarga.
Putra Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati yang bernama Sultan Agung menikah dengan putri Sultan Abdul Karim Cirebon. Kerajaan Mataram dan Cirebon begitu akrab dekat.
Gedung Sasana Cakrawati ini boleh dikatakan sebagai cabang bisnis istana negara dibangun lagi pada tanggal 16 Juli 1607. Hasil sewa digunakan terus untuk investasi dalam bidang wisata budaya. Pariwisata maju pesat.
Dulunya bernama gedung Cakrawati. Demi citra wisata lantas diberi nana gedung Rijswijk. Gedung Rijswijk merupakan gedung pusat kegiatan investor dunia. Umumnya investor yang berasal dari benua Eropa. Status investor dunia adalah selaku penyewa tanah pada Kerajaan Mataram.
Hak pengelolaan gedung Rijswijk ditangani oleh seorang Rijsbestuurders yang berkantor di kota Jayakarta. Publik lebih suka menyebut kota Batavia.
Patih Mandaraka selaku eksekutif Mataram ditugaskan bertindak sebagai koordinator. Banyak dibantu tenaga dari Trojayan Paremono Mungkid Magelang. Pegawai administrasi sudah menjalankan masa pendidikan.
Kepala gedung Rijswijk diangkat oleh pemegang saham perusahaan. Anggota komisaris gedung terdiri dari pejabat Kasultanan Banten, Kasultanan Cirebon, Kadipaten Bandung, kadipaten Ciamis.
Peresmian gedung Rijswijk dilakukan oleh Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati. Raja Mataram yang memerintah tahun 1601-1613. Pada masa ini investor dunia berdatangan. Iklim investasi memang kondusif. Keamanan terjaga, tenaga kerja siap sedia, bahan industri sangat beragam.
Para pemilik modal dunia diundang Sinuwun Paku Hadi Hanyakrawati. Bersama dengan Kanjeng Ratu Banuwati Mataram berkembang pesat. Murah sandang pangan papan. Rakyat bahagia sekali.
B. Patih Mandaraka Memimpin Pembangunan Gedung.
Demi kelancaran bisnis, Patih Mandaraka bertugas untuk memimpin pembangunan gadung. Orang Tegal kerap membantu dalam hal konsumsi. Warung Tegal atau Warteg mendapat order. Untungnya berlimpah ruah.
Pembangunan gedung Rijswijk dilakukan dengan penuh ketelitian. Dimulai dengan perencanaan, pemilihan pelaksana pembangunan dan proses pelaksanaan pembangunan. Semua rencana dijalankan dengan rapi, tertib dan teratur. Untuk tenaga tukang didatangkan dari ahli marmer Tulungagung.
Ahli ukir ukiran jelas didatangkan dari Jepara untuk pemilihan kayu jati ditangani oleh warga Pati. Mereka anak buah Kanjeng Ratu Banuwati. Asal usul Sinuwun Prabu Hadi Hanyakrawati dari Pati. Cucu Ki Ageng Penjawi.
Patih Mandaraka lincah pintar trampil sekali. Jaringan kerja cukup luas. Piring sendok gelas diurus oleh orang Tasikmalaya. Mereka tergabung dalam paguyuban mandrink.
Pusat bisnis berbentuk gedung Rijswijk memanjang dengan balustrade di bagian depan, tangga naik di kiri kanannya. Empat belas pilar bundar berwarna putih berdiri tegak di bagian yang depan menyangga atap. Para ahli graji kayu Cepu bekerja bersemangat.
Urusan kuliner dipegang oleh warga Madiun. Siap sedia sega pecel lengkap dengan lempeng dan kulupan kembang turi. Suguhan rawon dimasak ibu ibu Kriyan Sidoarjo. Sekedar selingan disuguh tape Bondowoso.
Dengan penampilan ini gedung Pusat bisnis memberi kesan kebesaran kepada publik. Hal ini tentu membedakan penampilannya dengan wajah wajah rumah orang kebanyakan.
Tiga buah pintu masuk berukuran tinggi besar. Jendela besar berwibawa. Pandangan ini tampak jelas dari segala penjuru. Istana negara sejak abad 17 tampak istimewa. Lingkungan daerah ini cukup sehat, segar dan menggembirakan.
Kali Ciliwung mengalir deras sepanjang lingkungan Rijswijk. Begitu ramainya lantas berdiri pula rumah rumah pemukiman, toko, warung di sepanjang aliran kali Ciliwung itu. Hebat sekali Kerajaan Mataram.
C. Sistem Kelola Gedung Rijswijk.
Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakra Kusuma tahun 1613-1645. Gedung Rijswijk dikelola oleh Kanjeng Ratu Retno Jinoli bersama Syekh Jangkung.
Penggunaan bangunan gedung Rijswijk ini berdasarkan surat keputusan Dewan Pengurus Verenigde Oost-Indische Compagnie. Dijabat oleh teknokrat kenamaan. Dia bernama Heeren Van Zeventien dengan surat tugas tertanggal 17 Februari 1618. Rijsbestuurders ini juga mengelola kantor yang berkedudukan di kota Ambon.
Atas kecakapan Ratu Retno Jinoli kontrak dagang berlangsung lancar. Keuntungan berlipat ganda. Kakak kandung Sultan Agung ini berbakat dagang. Dibantu oleh warga Nglandoh Kayen Pati.
Gedung Rijswijk makin terkenal. Kantor ini merupakan pengelola perkebunan rakyat. Adapun pimpinannya yaitu Pieter Teeuw yang menjadi presiden komisaris perusahaan multi nasional tahun1619-1623.
Strategis sekali. Gedung Rijswijk ini dibangun di tepi laut berdekatan dengan sungai Ciliwung. Rijsbestuurders Valekenier tinggal di di gedung Rijswijk ini tahun 1747 sampai 1663. Beliau selalu menjaga keaslian arsitektur.
Selama bertugas selalu menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Sinuwun Amangkurat Agung raja Mataram tahun 1645 – 1677 bersahabat erat dengan investor dunia. Roda perekonomian semakin maju. Pelabuhan Lamongan, Tuban, Surabaya dan Jayakarta semakin ramai Jaya.
D. Masa Raden Ajeng Sukaptinah.
Raden Ajeng Sukaptinah adalah putri Adipati Cakraningrat Bupati Pamekasan. Kelak menjadi garwa prameswari Sinuwun Paku Buwana IV raja Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1788-1820.
Gelar Raden Ajeng Sukaptinah yaitu Kanjeng Ratu Kencana Wungu. Bertugas sebagai koordinator gedung Rijswijk. Kebetulan beliau juga seorang pengusaha sukses di kawasan bang wetan.
Letak gedung Rijswijk ini berada di Kampung Bandan di Pasar Ikan. Bangunan Rijswijk menjadi tempat kediaman pejabat keuangan dan pertanahan. Kelak rumah ini disewakan kepada Gubernur Jenderal Raffles. Bapak Singapura ini aktif memajukan kawasan Asia Tenggara.
Tokoh legendaris yang gemar ilmu pengetahuan ini berjasa atas lahirnya Pura Paku Alaman tanggal 17 Maret 1811. Lewat Perjanjian Tuntang. Selama tinggal di Salatiga, Raffles sempat rekreasi di Rawa Pening. Tak lupa kuliner dengan suguhan cabuk rambak dan sayur adas.
Selera seni memang patut dibanggakan. Lantas gedung Rijswijk bernama Raffles House. Pada era selanjutnya raffles house berubah dengan nama Der Nederlanden. Setelah 1942 diganti menjadi Hotel Dharma Nirmala. Lalu setelah tahun 1945 bernama Istana Negara.
Renovasi bangunan istana Negara ini lantas dipakai sebagai bangunan Bina Graha. Di sinilah Presiden Indonesia berkantor. Sebagai sarana pengabdian untuk nusa bangsa.
Pada jaman pemerintahan gubernur Jenderal Raffles, daerah Rijswijk mengalami jaman kejayaan. Toko, warung, tangsi, dibangun megah mewah indah. Di antara bangunan itu terdapat rumah pribadi JA van Braam. Tempatnya persis sebelah kiri Raffles House. Ketika berkunjung ke candi Borobudur, beliau suka dengan hidangan gethuk Muntilan.
Tahun 1816, Komisaris Rijsbestuurders GAGP Baron van der Capellen menggantikan pengelolaan Raffles House. Lama kelamaan rumah kediaman ini menjadi kantor yang penting. Beliau membantu penulisan Sastra Jawa yang dikelola Raden Ngabehi Ranggawarsita.
Perkembangan selanjutnya para Rijsbestuurders dibangunkan istana di Waterlooplein. Pembangunannya menggunakan tempo yang sangat lama. Untuk itulah persidangan Raad van Indie atau Dewan Rakyat. Para pembesar menginap di Rijswijk. Orang menyebut gedung itu dengan nama Hotel Rijsbestuurders.
Penggunaan gedung Rijswijk itu lantas dikelola oleh Komisaris Jenderal LPJ Burggraaf du Bus de Gisihnes pada tahun 1826. Beliau berhubungan erat dengan Sinuwun Paku Buwana VI, lewat Raden Ajeng Sukaptinah.
Atas instruksi dari Raja Willem I, maka pejabat ini diharap menyelesaikan pembangunan istana di Waterlooplein. Ruang ruang bangunan ini bisa digunakan sebagai kantor pemerintahan. Gedung Rijswijk menjadi gedung serbaguna.
Gedung Rijswijk ini bertingkat 2. Pada tahun 1848 dipugar, kanan kirinya disempurnakan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Tentu saja menggunakan falsafah dan perencanaan yang matang. Peresmian gedung ini dilakukan oleh Sinuwun Paku Buwana VII yang memerintah tahun 1830-1858.
E. Sinuwun Bangun Kedhaton.
Gedung Rijswijk makin misuwur pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwana IX tahun 1861-1893. Malah mendapat julukan Sinuwun Bangun Kedhaton.
Atas bantuan Sinuwun Paku Buwana IX pada tahun 1869 Rijsbestuurders memohon pada menteri untuk membangun hotel di sebelah Koningsplein. Gedung Rijswijk dibangun lebih lengkap lagi. Pembangunan gedung ini menggunakan konsep ramah lingkungan.
Bosch Van Heek menjabat Rijsbestuurders. Beliau sejak tahun 1873 menjadi menempati gedung Rijswijk. Konsep pemerintahan Bosch Van Heek menyejahterakan nusantara dengan kesadaran bercocok tanam. Reboisasi digalakkan di berbagai tempat. Nusantara tampak indah ijo royo royo.
Karya Van Heek megah nan indah yang patut dikenang adalah Pesanggrahan Madusita di Candirejo Ampel Boyolali. Rijsbestuurders bersama Sinuwun Paku Buwana IX membuka kebun teh sepanjang lereng gunung Merbabu.
Tahun 1893 – 1939 gedung Rijswijk dikelola oleh Sinuwun Paku Buwana X. Pahlawan nasional ini memang kaya raya. Kanjeng Ratu Paku Buwana bertindak sebagai koordinator.
Sejak tahun 1939-1945 gedung Rijswijk dikelola oleh Sinuwun Paku Buwana XI. Keuntungan ini digunakan untuk membantu kaum pergerakan.
F. Istana Negara Nan Elok Berwibawa.
Tahun 1945 gedung Rijswijk digunakan untuk pusat pemerintahan. Namanya menjadi Istana Negara.
Pusat pemerintahan negara Indonesia bertambah lancar. Gedung Istana Negara memancar sinar wibawa ke seluruh penjuru nusantara. Bung Karno menggunakan Istana Negara tahun 1945 – 1968.
Aura Karaton Surakarta Hadiningrat digunakan untuk menambah Wibawa. Lewat Kanjeng Ratu Laksminto Rukmi, garwa Sinuwun Paku Buwana X. Pada saat weton Presiden Soekarno digelar tari sakral.
Presiden Soeharto menempati istana Negara tahun 1968-1998. Awal menjabat Presiden, atas usul Jenderal Sudjono Humardani pada tanggal 12 Maret 1968 digelar wayang Kyai Kadung milik Karaton Surakarta Hadiningrat. Lakonnya wahyu Cakraningrat.
Habibie menjabat Presiden RI ketiga tahun 1998-1999. Ibu Ainun Habibie masih keturunan Ki Ageng Sela di Purwodadi. Leluhur memberi doa restu Presiden BJ Habibie demi kelancaran tugas kenegaraan.
Gus Dur memimpin RI tahun 1999-2001. Aura Istana Negara bersinar terang. Presiden Abdurrahman Wahid mendapat gelar dari Sinuwun Paku Buwana XII. Demikian pula ketua MPR Amien Rais, Ketua DPR Akbar Tanjung juga diwisuda di Karaton Surakarta Hadiningrat.
Presiden Megawati Soekarno Putri menjabat tahun 2001-2004. Istana selalu beraura. Bangsawan Bali mendukung penuh. Wajar eyangnya Ida Ayu Srimben adalah putri bangsawan Pulau Bali.
Tahun 2004 – 2014 Istana Negara dikelola Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Priyayi Pacitan ini selalu njawani. Maka disebut Satriyo piningit dari Pacitan.
Joko Widodo atau Jokowi adalah priyayi asli Solo. Beliau menjabat Presiden sejak tahun 2014. Sinuwun Paku Buwana XIII raja Karaton Surakarta Hadiningrat memberi dukungan. Presiden Joko Widodo dipercaya rakyat untuk memimpin negeri.
Istana dihuni oleh Presiden RI. Oleh karena itu ruang istana negara juga bersifat multiguna. Ini biasanya diselenggarakan di ruang tengah istana. Bagian pekarangan istana Negara seluas 1300 m 2. Ruang ini ditata dengan gaya neoklasik. Kesannya agung dan megah. Ornamen yang jalin menjalin bagai renda baju putri Ambon menjelujuri pinggiran langit langit. Maka suasana istana Negara bertambah regeng ngengreng.
Penataan ruangan yang luas ini terbagi menjadi dua oleh sebaris pilar pilar yang tegak kukuh menopang langit langit. Tampak agung betul.
Untuk bagian yang dekat dengan halaman belakang disebut Ruang Upacara. Sedangkan yang dekat ke serambi depan disebut Ruang makan. Antara kedua bagian ini sering dipasang penyekat besar ukiran Jepara sepanjang delapan meter. Pak Harto suka nonton wayang.
Gambar wayang terlukis di ruang Istana Negara. Pada penyekat ini mengisahkan Sumantri Ngenger, dari cerita Arjuno Sosro Bahu. Ceritanya berkisar pada perjuangan hidup seorang rakyat jelata yang kemudian menjadi pahlawan. Cerita berasal dari serat Tripama karya Mangkunegara IV. Wayang ini juga sebagai sarana pendidikan kebangsaan.
Bung Karno pun gemar main wayang. Tampak penyekat Jepara ini, Ruangan Bersantap kalau sedang dipakai menjamu tamu negara. Akan lebih disemarakkan lagi oleh cahaya lampu kinclong yang bergantungan di langit langit. Seluruh Istana Negara dihias lampu kinclong. Banyak sekali jenisnya. Di antaranya yang dipasang di ruang tengah istana ini. Dua cermin besar seusia gedung itu yang digantung pada dinding berbinar binar memantulkan cahaya lampu kristal. Hal ini menambah keindahan suasana. Benar benar suasana mat matan.
Suasana di ruang istana itu lebih bersifat Indonesia adalah seperangkat geber wayang kulit yang dipajang dengan wayang wayang buatan Manyaran Wonogiri. Ini lebih berfungsi sebagai dekorasi, walaupun kadang kadang alat alat gamelan gangsa.
Gamelan buatan Bekonang Sukoharjo digelar anggun. Gamelan yang ada di sekitarnya dibunyikan juga untuk mengiringi jamuan makan. Kadang kalasebagai pengiring diperdengarkan permainan kecapi, suling atau angklung. Ini contoh pasugatan seni Pasundan.
Pengenalan kebudayaan Indonesia dari hiasan yang ada dalam Ruang Bersantap, maupun dari hidangan. Untuk makanan Indonesia yang disajikan serta musik khas Indonesia yang mengiringi acara jamuan makan, para tamu negara biasanya juga mendapat kesempatan untuk lebih mengenal kebudayaan Indonesia dengan pertunjukan kesenian asli.
Seni budaya alat diplomasi. Pertunjukan ini diselenggrakan di Ruang Upacara yang dipisahkan dari Ruang makan. Hanya dengan penyekat, sehingga setelah selesai jamuan makan para tamu bisa langsung pindah duduk. Mereka perlu hiburan.
Rum kuncaraning bangsa, dumunung ing luhuring budaya. Begitulah wursita tama Sinuwun Paku Buwana X, raja Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1893-1939. Maka istana Negara biasa diadakan gelar seni budaya. Pementasan pertunjukan diselenggarakan di atas panggung yang terletak di ujung selatan ruangan.
Pagelaran harus disiapkan matang. Panggung ini menutup tempat duduk yang tersusun bertingkat-tingkat yang sudah ada sejak jaman investor dunia. Mungkin tempat inilah yang dahulunya serign dipakai untuk sidang.
Pengelola istana mesti punya selera tinggi. Panggung itu dengan latar belakang peta Indonesia. Peta terbuat dari kain beledu hijau tua dengan gambar gambar pulaunya berwarna kuning emas. Peta ini diapit oleh dua pilar yang masing-masing ujung atasnya dihias dengan bunga teratai berdaun mahkota warna emas.