LIPUTAN68.COM, Mangupura – Asosiasi Pengusaha Daging dan Ternak atau Aspendak Bali bersama Asosiasi Pengirim Sapi Bali (APSB) mengadakan pertemuan, karena adanya kesamaan visi antar asosiasi dalam hal pengendalian, baik itu jumlah populasi, harga maupun pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak, seperti sapi dan babi.
“Kesamaan visi inilah nantinya lebih banyak harus diaktualisasikan, sehingga selama ini yang dikhawatirkan oleh pemerintah, bahwa penyebaran PMK di Bali dan segala macamnya bisa dilakukan Aspendak, dalam membantu pemerintah mengendalikan PMK,” kata Ketua Aspendak Bali, Made Ray Sukarya di Badung, Selasa, 18 Oktober 2022.
Ray Sukarya berharap, nantinya, baik itu pengirim peternak maupun pihak pembeli diluar Bali itu menjadi lebih teratur, sehingga masyarakat juga mendapatkan bahan makanan berupa ternak yang lebih sehat dan lebih terjamin bagi masyarakat.
“Jadi, masyarakat bisa mendapatkan daging yang lebih sehat. Kalau ini tidak diawasi, jangan-jangan masyarakat dapat dagingnya yang tidak sehat. Nantinya yang paling menikmati keuntungan ini diharapkan peternak paling bawah di Bali ini yang harus kita selamatkan,” kata Ray Sukarya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Pengirim Sapi Bali (APSB), Komang Mahendra Wistawan menyambut baik kesepakatan antara dua asosiasi terkait adanya biosecurity di Gilimanuk, karena hal tersebut merupakan kewajiban dan ikut menjadi tanggung jawab pengusaha untuk melakukan biosecurity.
“Kami sudah menyepakati untuk melakukan itu. Selain berfungsi sebagai pengendalian kesehatan hewan, dilain sisi, hal ini bisa menjadi fungsi pengendalian harga. Karena selama ini, dalam hal penentuan harga, pengusaha atau peternak tidak mendapatkan harga yang layak di tingkat petani, karena aktivitas pengeluaran hewan potong, baik itu sapi atau babi tidak terkendali jumlah maupun kebutuhan,” jelasnya.