Oleh: H. Tajuddin Idris
(Kepala BPMP Provinsi Sumatera Utara)
Mungkin tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan adalah salah satu elemen terpenting dalam menentukan masa depan, kesuksesan, dan kesejahteraan suatu bangsa. Pada abad ke-21 ini, Indonesia turut dihadapkan pada suatu tantangan besar untuk terus mengembangkan kemampuan siswa sehingga memiliki kecakapan global yang mencakup keterampilan hidup, keterampilan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keterampilan belajar (kreatif, kritis, komunikasi, kolaborasi) dan keterampilan berbagai literasi (baik literasi dasar maupun literasi matematika yang mencakup kemampuan literasi spasial, literasi numerasi, dan kuantitas).
Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, sedang memfokuskan perhatian dan kegiatan guna pengembangan literasi siswa, salah satunya melalui program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Media ukur yang dilakukan yakni Asesmen Nasional (AN) yang telah berlangsung sejak 2021 guna memetakan kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.
Merujuk pada hasil Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan setiap tiga tahun oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) guna mengukur literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun di 81 negara (37 negara OECD dan 44 negara mitra), Indonesia patut berbangga karena peringkat hasil belajar literasi Indonesia tahun 2022 naik 5 sampai 6 posisi dibanding PISA 2018. Indonesia berada pada posisi 68 dengan skor sains 398, matematika 379, dan membaca 371. Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA sejak tahun 2000.
Beberapa indikator sebagai acuan untuk mengukur kemampuan literasi numerasi digunakan diantaranya kemampuan komunikasi, kemampuan matematisasi, kemampuan representasi, kemampuan penalaran dan argumentasi, kemampuan memilih strategi untuk memecahkan masalah, kemampuan menggunakan bahasa dan operasi simbolis, formal dan teknis, serta kemampuan menggunakan alat-alat matematika.
Mendikbudristek menjelaskan bahwa relatif kecilnya learning loss mencerminkan ketangguhan para guru yang didukung berbagai program penanganan pandemi covid19 dari Kemendikbudristek. Bantuan kuota internet diberikan pada lebih dari 25 juta murid dan 1,7 juta guru agar dapat mengakses materi dan melaksanakan pembelajaran secara daring. Pelatihan guru melalui Platform Merdeka Mengajar disertai adanya materi pembelajaran secara daring dan hybrid seperti “Belajar dari Rumah” di TVRI juga menjadi faktor pendukung.
Selain itu, pemberian modul asesmen diagnostik untuk mengukur literasi dan numerasi serta modul pembelajaran literasi dan numerasi, juga dirasakan mudah diadaptasi. Terobosan yang tak kalah penting saat itu adalah pemberlakuan Kurikulum Darurat yang menyederhanakan materi kurikulum agar guru dapat fokus pada pembelajaran yang lebih mendalam, terutama untuk penguatan literasi dan numerasi peserta didik.