Diana mengatakan, Disdik KTT sudah mendesain strategi baru untuk mencegah anak mengalami learning loss. Strategi ini dirancang Disdik KTT bersama Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) di tingkat SD dan FORMALINDO ditingkat SMP. Strategi ini didesain berdasarkan pengalaman menjalankan DBR periode sebelumnya. Hasil evaluasi KTT menunjukkan 11.87 persen siswa tidak belajar di periode pertama. Kebanyakan siswa yang tidak belajar ini, menggunakan moda daring tanpa tatap muka dan luring.
”Strategi baru kami meliputi pemetaan ulang moda belajar, perampingan kompetensi dasar (KD) di dalam kurikulum, pembuatan bahan ajar yang bermakna dan kontekstual, pendampingan belajar, program budaya baca, dan monitoring,” tambahnya.
Diana mengatakan Disdik KTT mengambil porsi lebih besar untuk mendesain BDR untuk tahun ajaran baru. Kebijakan ini muncul setelah melihat sekolah kebingungan menjalankan BDR di periode pertama. Seiring berkurangnya jam belajar siswa, maka tidak semua KD di dalam kurikulum bisa tuntas diajarkan. Kondisi ini menuntut sekolah bisa memangkas KD lalu menterjemahkannya menjadi bahan ajar revelan menghadapi wabah COVID-19.
”Banyak guru kami yang frustasi karena mereka bingung membuat bahan ajar. Sekarang perampingan kompetesi dalam kurikulum dilakukan disdik melalui tim khusus. Tim ini terdiri dari guru-guru terbaik dari setiap mata pelajaran. Merekalah yang menentukan KD pra – syarat dan esensial untuk diajarkan sampai Desember 2020,” tambah Diana.
Lebih lanjut Diana mengatakan, tim khusus tidak hanya memangkas KD tetapi juga bertugas melatih guru menyusun materi ajar. Selama tahun ajaran 2020/2021, semua materi ajar di KTT akan mengintegrasikan topik literasi, numerasi, penanganan COVID, kecapakan hidup, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta pendidikan karakter kedalam bahan ajar.
”Penggunana materi ajar ini akan memberikan pengalaman belajar bermakna kepada siswa, sehingga perilaku mereka berubah menghadapi wabah COVID-19 dan bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru,” tukasnya.
Selain itu, pendampingan belajar menjadi salah satu faktor penting selama BDR. Terlebih di daerah yang tidak memiliki akses listrik dan internet. Disdik telah meminta guru mengunjungi rumah siswa. Melalui pendampingan ini, guru bisa menjelaskan penggunaan materi belajar sekaligus memotivasi semangat belajar anak. Kepala sekolah diwajibkan menyediakan masker, pelindung wajah, hand sanitizer dan cairan disinfektan untuk dipakai guru dan siswa.
“Dinas pendidikan dan dinas kesehatan membuat prosedur kunjungan rumah sesuai protokol kesehatan yang ketat,” terang Diana.
Semua pembiayaan program BDR di KTT menggunakan Biaya Operasional Sekolah (BOS), Biaya Opersional Pendidikan (BOP) dari APBD KTT dan anggaran Disdik KTT sendiri. Re-alokasi anggaran dilakukan agar anak KTT bisa belajar dan berkembang walau harus berada di rumah.
(M-01)