Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum
(Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara, LOKANTARA)
Klepon diciptakan tahun 1647 oleh Kanjeng Ratu Wiratsari. Beliau adalah Permaisuri Sinuwun Amangkurat Agung, raja Mataram yang berkuasa tahun 1645 – 1677. Ibukota Kraton Mataram di Plered. Juru masak terwadahi dalam lembaga Mondro Budoyo. Lembaga ini dipimpin oleh Nyi Menggung Gondoroso.
Sinuwun Amangkurat Agung sebagai narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil para marta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana. Untuk memberi perintah atau dhawuh menggunakan sasmita klepon atau kalepon. Kalepon, bermakna kalaning malebu kudu pono ing samubarang gawe.
Atas usul Ki Ageng Giri Larangan yang berasal dari Gumelem Susukan Banjarnegara. Tahun 1654 Ratu Wiratsari juga membuat unjukan wedang, nyamikan gedang kepok. Wedang, gawe kadang untuk tujuan kerukunan. Gedang, berarti digeget supaya padang. Kepok berarti keturutan anggone ndhedhepok, kesampaian segala cita cita.
Begitulah makna filosofis makanan tradisional dari perspektif historis. Nenek moyang kita punya pemikiran yang gemilang.
Ketika Sinuwun Amangkurat berkunjung ke Banyumas, klepon diproduksi besar besaran. Bersamaan itu pula tahun 1653 makanan bawah dikembangkan dengan adanya mendowan. Artinya dimen jodo jiwane bebrayan.