Pacitan,Liputan 68.com- Mengulik cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan dan sejarah perjuangan KH. Abdul Mannan Dipomenggolo dalam mensyiarkan ilmu agama.
K.H. Abdul Mannan Dipomenggolo mempunyai nama kecil Raden Bagus Darso adalah putra dari Raden Ngabehi Dipomenggolo.
Diperkirakan Raden Bagus Darso dilahirkan pada tahun 1800- an. Raden Bagus Darso sejak kecil mendapatkan pedidikan dari ayahnya sendiri.
Ia dididik dan dikader oleh ayahnya agar kelak dapat menjadi tokoh yang berguna untuk agama dan masyarakatnya.
Raden Ngabehi Dipomenggolo kemudian mengirim Raden Bagus Darso untuk nyantri kepada salah seorang ulama besar yang keilmuannya diakui di zamannya, yakni KH. Hasan Besari di Pesantren Tegalsari, Jetis Ponorogo, Jawa Timur.
Di bawah asuhan Kyai Hasan Besari, Raden Bagus Darso sering mendapatkan perhatian dan bimbingan khusus dari gurunya tersebut. Raden Bagus Darso ketika nyantri juga termasuk santri yang sangat tekun, khususnya dalam mempelajari ilmu agama Islam.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Pesantren Tegalsari, kemudian merintis sebuah pesantren yang bertempat di wilayah Desa Semanten yang saat ini berada di sekitar wilayah Masjid Baitul Millah.
Tidak lama setelah itu, K.H. Abdul Mannan Dipomenggolo menikah dengan Putri Demang Tremas yang bernama Raden Ngabehi Honggowijoyo.
Setelah menikah itulah, KH. Abdul Mannan Dipomenggolo diberi sebidang tanah oleh mertuanya untuk dijadikan sebagai tempat menyebarkan ilmunya yang hingga saat ini dikenal dengan nama Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.
Setelah memulai mengembangkan pondok, untuk memperdalam keilmuannya K.H. Abdul Mannan Dipomenggolo kemudian meneruskan pendidikannya di Universitas al Azhar, Kairo, Mesir.
K.H. Abdul Mannan menjadi salah satu orang Indonesia, yang pertama kali menginjakkan kaki untuk menuntut ilmu agama hingga ke Mesir.
Hal ini sesuai dengan catatan yang ditulis oleh Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. dalam temuannya bahwa K.H. Abdul Mannan menjadi salah satu tokoh asal Jawa Timur terutama Pacitan yang menjadi orang pertama menimba ilmu hingga ke luar negeri.
Selain itu, tercatat dalam buku “Jauh di Mata Dekat di Hati: Potret Hubungan Indonesia – Mesir” terbitan KBRI Kairo, disebutkan bahwa pada tahun 1850-an di komplek Masjid Al Azhar telah dijumpai komunitas orang Indonesia yang salah satu anggotanya adalah K.H. Abdul Mannan.
Ilmu yang didapatkan kelak berguna dalam hal pengembangan Islam di daerah Jawa Timur khususnya Pacitan serta dalam hal kemajuan Perguruan Islam Pondok Tremas.
KH. Abdul Mannan Dipomenggolo wafat pada bulan Syawal tahun 1282 Hijriah atau sekitar tahun 1866 Masehi dan dimakamkan di Sarean Gede Desa Semanten.
Dalam sejarahnya, Raden Bagus Darso kembali ke Semanten sesudah merasa cukup menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo. Kemudian mempelopori berdirinya sebuah pondok yang bertempat di sekitar masjid di Desa Semanten sehingga banyak orang yang datang untuk mengaji kepadanya.
Beberapa tahun kemudian karena telah menikah dengan Putri Demang Tremas sehingga diberikan sebuah bidang tanah untuk mengembangkan pondoknya di Desa Tremas dengan tempat pondok awal yang berada di Desa Semanten tetap berjalan.
Di antara faktor-faktor yang menjadi alasan pengembangan pondok pesantren yang dirintis oleh K.H. Abdul Mannan lebih difokuskan ke wilayah Desa Tremas, adalah pertimbangan kekeluargaan yang dianggap lebih baik pindah ke Tremas.
Pertimbangan tersebut karena mertua dan istrinya, menyediakan daerah yang jauh dari keramaian dan pusat pemerintahan, sehingga merupakan daerah yang sangat cocok bagi para santri yang ingin belajar dan memperdalam ilmu agama.
Berdasarkan pertimbangan itulah maka kemudian K.H. Abdul Mannan memutuskan mengembangkan pondok yang dirintis ke wilayah Desa Tremas dan memberi nama pondok pesantren tersebut yang kemudian dikenal dengan Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan hingga sekarang.
K.H. Abdul Mannan tidak menggunakan nama pesantrennya dengan istilah bahasa arab, namun tetap menggunakan nama Desa Tremas sebagai nama pesantrennya.
Tidak berlebihan kiranya bahwa banyak yang mengakui sanad keilmuan ulama Indonesia banyak yang diperoleh dari ulama asal Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sementara itu, beberapa tokoh yang dimakamkan pada satu area pemakaman umum di Desa Semanten tersebut antara lain :
1. KHARIK
2. H. SHOLIKIN
3. H. DULRAHMAN