LAILATUL KADAR, SEBUAH UJIAN YANG BERAT BAGI SEORANG MUSLIM

Liputan KOLOM584 views

JAKARTA, WWW.LIPUTAN68.COM |Saya mendapat pemahaman begini tentang tiga hal; Satu, Intelelectual Quotient (IQ) Dua, Emotional Quotient (EQ) dan Tiga, Spiritual Quotient (SQ).

Satu, IQ ialah sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran, atau otak atau rasionalitas. Disini semua manusia sama tak memandang suku, bangsa, agama dan golongan (SARA), semua bisa berpikir rasional. sesuatunya bisa dicapai dengan belajar. Cara belajarnya umumnya formal, mulai PAUD, Tk, Sd dst hingga S1, S2 dan S3. IQ akan membawa orang berbeda bidangnya ada dokter, insinyur, tantara , polisi. Lalu ada yang bergelar Dr. Ir. SE, SH, M.Ag dst.

Dua, EQ atau emosi atau perasaan. Ini pun semua sama, namun banyak berbeda. EQ bisa didapat dengan belajar baik formal maupun informal, dengan cara mengikuti orang lain, lebih banyak dari pengalaman hidupnya. EQ berkaitan dengan perasaan, cara berhubungan, sopan santun, etika hidup. Manusia hidup dengan membawa IQ dan EQ. Bahkan banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kesuksesan seseorang itu 80% EQ dan hanya 20% saja IQ. Singkat kata. Seseorang sukses itu, disebabkan oleh 80% kepribadiannya, hingga dia disenangi banyak, pandai bergaul, lalu plus 20% saja oleh kepintarannya, baik ilmunya, cara kerjanya dsb. Dengan perkataan lain IQ itu OTAK, akal, pikiran dan Rasionalitas. Objektifitas. Sedangkan EQ, emosi, perasaan, ketergantungan, subjektifitas, cinta, kasih sayang, hubungan personal. Kalau kita bisa memamfaatkan EQ, maka IQ mengikuti kesuksesan kita. Belum tentu, orang menilai kita, karena IQ nya saja.

Bagaimana dengan hal ketiga, yakni SQ. SQ Lebih kepada keyakinan seseorang kepada DZAT, Supra Sistem, jauh diluar jangkauan pikiran dan perasaan. Bila IQ dan EQ berhubungan dengan hal hal yang kasat mata, maka SQ menyangkut hal hal yang Ghaib. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Berkaitan dengan kayakinan adanya Hari Kiamat, Hari Perhitungan (Yaumul Hisab), Surga dan Neraka. Malaikat, Iblis, Syeiton. Pendapat mang Engkoes, kesempurnaan hidup manusia ialah, ketika dia benar-benar menjalankan SQ, EQ dan IQ secara seimbang. Bagi seorang muslim yang Kaffah, maka SQ itu, meliputi semuanya, sehingga IQ dan EQ hanyalah sebuah SUBSITEM dari Sistem SQ. SQ ini lebih berkaitan dengan kehidupan keagamaan seseorang.

Jadi dalam kehidupan beragama, khususnya kaum muslimin, ada seseorang yang, menganggap agama itu, hanyalah sebagai bagian kecil saja dari hidupnya. Islam hanyalah Syahadat, Shalat Puasa, Zakat dan Naik Haji. Titik. Adapun politik, pekerjaan, jangan dicampurkan dengan agama. Inilah pendapat kaum sekuler membedakan agama dan negara. Zaman dahulu di Indonesia dikenal ada kelompok Frij Denker (pikiran bebas, tak terikat agama). Kerk is Kerk, Land is Land. Ada kelompok yang berpendapat Agama itu adalah Sistem dalam hidupnya sementara, ahlaq, muamalah, ibadah salat puasa , politik, hukum dan semua semua adalah sub-sistem dari Islam. Kelompok inilah yang disebut Islam Kaffah. Tujuan hidupnya hanya satu, “ Mencapai Rida Allah SWT. TITIK”. Dalam istilah lain, Islam itu Multisila. Dunia dan Akherat.

Dua dalil yang dipegang kelompok Islam Kaaffah ini ialah, SATU. “ Ya ayyuhalladziina aamanuu, udhdhuluu fi Silmy Kaaffah. Walaa tattabiu khutuwatisysyaeton. Innahu lakum Adhuwummubiin.” (Wahai orang yang beriman, Masuklah kedalam Islam secara menyeluruh, ahlaq, ilmu, etika, politik. Dan jangan ikuti langkah syeiton, memilih dan memilah Islam. Hanya diambil salat, puasa, zakat dan haji saja. Sebab dia adalah musuhmu yang nyata). DUA, “Taroqtufikum Amraini. Intamasaktum Bihimaa. Lantadlilu abadaa. Kitabulloh Wasynaturrosul” (Ada dua hal yang kalau kamu, bersandar kepadanya, tidak akan tersesat, Al Quran dan Hadist). Tak heran, kehidupan Orang Islam Kaaffah ini, selalu berdasar kepada Al Quran dan Hadist.

BAGIKAN KE :
  Banner Iklan Sariksa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *