Keruk Muara, Solusi Serdang Bedagai terhindar Banjir

Oleh: Soekirman
(Mantan Bupati Sergai, dan Ketua KSBN Sumatera Utara)

Di penghujung tahun 2022, Serdang Bedagai mengalami bencana banjir sangat parah. Curah hujan yang tinggi dibahagian hulu dan pasang laut perdani (Rob) dibahagian hilir telah membuat air sungai, khususnya DAS sei Rampah menggenangi wilayah kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Sei rampah, Kecamatan Sei Bamban, kecamatan Teluk Mengkudu dan Kecamatan Tanjung Beringin. Kerugian tidak hanya daerah persawahan, tetapi juga pemukiman, perkantoran, rumah ibadah, sekolah dan sarana jalan penghubung desa, kecamatan, kabupaten bahkan jalan propinsi. Petani mengalami kerugian besar, gagal panen, melakukan pembenihan ulang, pupuk terbilas hanyut, dan lain sebagainya.

Keruk muara sungai Bedagai
Keruk Muara Sungai Bedagai di tepi pantai selat Malaka. Hal itu disampaikan Ir.Soekirman, mantan Bupati Serdai 2013-2021, disela-sela kunjungan dalam rangka menghadiri HUT Sergai ke 19 di kantor Bupati, Sei Rampah. Pernyataan Soekirman tersebut disampaikan langsung kepada Bupati Darma Wijaya dan Wabup Adlin Tambunan, disaksikan Dr.Agus Tripriono, MS Asisten Ekbang Pempropsu dan Azhari Tambunan Bupati Deli Serdang diruang kerja Bupati.

Pengalaman Sejak 1980
Pada tahun 1980, ketika awal program Keppres 39 Thn 1980 tentang motorisasi nelayan, masalah “sakat” atau kandasnya perahu nelayan di daerah muara akibat dangkal akibat sedimen endapan pasir yang dibawa hanyut dari sungai sudah dikeluhakn nelayan. Ketika itu, TPI (tempat pendaratan ikan) Tanjung Beringin masih banyak dilabuhi pukat Tuamang yang besar, pukat Langgar bahkan pukat katrol. Akibat dangkalnya muara dan kesulitan menerobos aliran sungai disaat pasang surut, perahu-perahu besar pindah ke Sibolga atau Tanjung Balai. Kini yang tinggal di Bedagai hanya perahu-perahu kecil yang diperhitungkan bisa menembus muara pada saat laut pasang surut.

Liputan JUGA  Pujangga Ranggawarsito Cendekiawan Keraton Surakarta

Sekarang, setelah 43 tahun berlalu kondisi alam telah mengalami perubahan akibat perobahan iklim ekstrim, dan rusaknya ekosistem daerah hulu. Dengan normalisasi yang dilakukan tanpa mengukur elevasi dasar sungai bedagai, diduga air sungai yang mengalir dari hulu terhambat adanya air pasang yang dari laut selat Melaka. Selanjutnya, dikala saat laut mengalami pasang surut, air sungai Bedagai tidak bisa otomatis lancer mengalir kelaut. Air tersebut tertahan di daerah aliran sungai Rampah dan mengepung desa-desa di kecamatan Tanjung Beringin. Itu dikarenakan dasar muara sungai telah menjadi “beting” dan menjadi seperti bendungan alam. Jika muara sei Bedagai dapat di “keruk” sedalam 2 meter dengan Panjang sampai ketengah mencapai sampai 1 atau 2 kilometer dari bibir pantai, kemudian di kanan kiri jalur pengerukan di turap dengan beronjong, maka debit air sungai Bedagai atau sungai Rampah akan lancar turun kelaut dan otomatis Sergai terhindar dari banjir, ucap Soekirman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *