Sejarah Berdirinya Kraton Surakarta

Liputan KOLOM200 views

Oleh Dr Purwadi M.Hum.
Ketua LOKANTARA, Lembaga Olah Kajian Nusantara HP 0878 6440 4347

A. Paku Buwono II Lahir dengan Siraman Air Umbul Cokro.

Pendiri Kraton Surakarta adalah Sunan Paku Buwono ll. Nama kecil Paku Buwono II yaitu Raden Mas Gusti Prabasuyasa. Lahir pada hari Selasa Pahing 23 Syawal 1634 atau 8 Desember 1711. Bertempat di Pesanggrahan Tegalgondo Klaten, yang dibangun tahun 1677.

Pesanggrahan Tegalgondo di-gunakan sebagai istana awal berdirinya Kartasura yang menjadi ibukota Mataram. Berturut-turut raja Mataram yang mengelola Pesanggrahan Tegal yaitu Amangkurat Mas tahun 1703 – 1708. Air yang mengalir dari umbul cokro membuat hidup selalu sehat.
Masa kelahiran Paku Buwono II disambut dengan gembira ria. Kerajaan Mataram saat itu dipimpin oleh Sinuwun Paku Buwono I. Beliau memerintah tahun 1708 – 1719. Garwa prameswari Sinuwun Paku Buwono I bernama Kanjeng Ratu Mas Balitar.

Putri Madiun ini seorang wanita yang berbudi luhur, pintar, cekatan dan produktif menulis karya sastra. Ayahanda Paku Buwono II adalah Sinuwun Amangkurat Jawi atau Amangkurat IV. Ibunya adalah Kanjeng Ratu Kencana, putri KRT Tirtokusuma Bupati Kudus. Amangkurat adalah putra Sinuwun Paku Buwono I. Dengan demikian Paku Buwono II masih berdarah Semarang, Pati, Kudus, Madiun. Jaringan kerabat keluarga yang luas.

Garis keturunan Paku Buwono II dari pihak ibu dapat di-terangkan sebagai berikut. Terlebih dulu ditelusuri asal usul keluarga.
1. Khalifah Husen putra Syekh Madi diambil menantu oleh Harya Baribin di Madura, berputra
2. Sunan Ngudhung di Kudus, berputra
3. Panembahan Kali Demak, berputra
4. Panembahan Poncowati, berputra
5. Panembahan Kudus, berputra
6. Pangeran Demang, berputra
7. Pangeran Rajungan, berputra
8. Pangeran Kudus, berputra
9. Adipati Sumodipuro, berputra
10. Adipati Tirtokusumo Kudus, berputra
11. Sinuwun Amangkurat IV, berputra
12. Sinuwun Paku Buwono II

Alur silsilah Paku Buwono II jelas kuat. Kelahiran Raden Mas Prabasuyasa memberi harapan yang gemilang bagi trah Ma-taram. Sinuwun Paku Buwono I begitu bahagia. Terlebih-lebih Kanjeng Ratu Mas Balitar. Cucunya ini bersinar terang yang membawa keberuntungan. Raden Mas Prabasuyasa atau Paku Buwono II masa kanak-kanaknya diasuh di lingkungan utama kraton Kartasura. Ibukota Mataram ini punya fasilitas pendidikan yang cukup memadai.

Pada tahun 1713 Raden Mas Prabasuyasa diantar ke kota Kudus. Dengan harapan Eyangnya KRT Tirtokusumo mengenal-kan sejak dini kebudayaan Tajug yang diwariskan oleh Kanjeng Sunan Kudus. Sebagai trah Kudus penghayatan ini amat penting, karena Raden Prabasuyasa merupakan calon pemimpin masa depan Mataram.

B. Paku Buwono II Menempuh Pendidikan.

Sistem Pendidikan di ibukota Kartasura dipelopori oleh Kanjeng Ratu Mas Balitar. Kanjeng Ratu Mas Balitar adalah garwa dalem sinuwun Paku Buwono I. Gelar Ratu Balitar lainnya adalah Kanjeng Ratu Ibu atau Sang Aprabu Nini. Berhubung kepribadiannya yang luhur dan agung, Ratu Balitar dihormati sebagai Putri amardika jimate wong nusa Jawa. Sikap Ratu Balitar yang bijak bestari ini mampu meredakan krisis politik yang selalu bergolak pada masa awal kerajaan Kartasura dan Surakarta.

Liputan JUGA  Legenda Eluh Berru Tinambunen: Memahami Duka Hati Seorang Wanita

Hal ini bukan suatu kebetulan, karena beliau adalah seorang tokoh putri yang gemar akan ilmu pengetahuan.
Ratu Balitar terlibat dalam pembuatan karya sastra yang berjudul Serat Iskandar, Serat Menak, dan Serat Yusuf. Serat Iskandar masih berkaitan dengan Hikayat Iskandar Zulkarnain berbahasa Melayu yang pernah dianalisis oleh Siti Chamamah Soeratno (1991) dalam bentuk disertasi. Serat Menak dan Serat Jusuf ini dibuat oleh Ratu Balitar di samping untuk syiar Islam juga demi kemajuan pendidikan masyarakat.

Bagi kebanyakan para putri sekarang, kiranya patut apabila mau meniru kebijaksanaan dan kepandaian Kanjeng Ratu Mas Balitar dalam menyikapi perubah-an dan pergolakan di pentas kenegaraan.
Istana kraton Kartasura memberi peraturan tentang sistem pengajaran buat warga. Setiap pukul 16.00 sore sampai 20.00 malam anak wajib belajar membaca dan menulis. Bahan ajar meliputi aksara Arab dan aksara Jawa. Ditambah lagi ilmu pe-ngetahuan umum, ketrampilan memasak, bertani, siklus musim, pasaran, pawukon, dan ilmu bumi.

Dalam bidang keagamaan diajarkan membaca kitab suci, pengertian al hadis, ijmak dan kiyas. Siroh nabawiyah atau biografi kenabian diajarkan lewat guru yang berpengalaman. Istana kraton Kartasura memberi fasilitas demi lancarnya pengajaran. Proses belajar mengajar berlangsung tertib sesuai dengan rencana dan jadwal pengajaran.
Untuk kelengkapan tata kota di alun-alun Kartasura dipasang jam guro. Setiap jam ada bunyi sebagai tanda berubahnya waktu.

Terlebih-lebih mulai pukul 16.00 ada suara khusus yang menjadi tanda peringatan buat anak-anak yang wajib belajar. Bunyi itu berulang setelah berakhirnya jam pengajaran pukul 20.00. pelanggaran atas proses belajar mengajar ini mendapat sanksi. Oleh karena warga kraton Mataram tidak boleh bodoh. Terlebih-lebih generasi muda harus punya cakrawala pemikiran yang luas. Wawasan pengajaran yang teratur itu dialami oleh Raden Mas Gusti Prabasuyasa atau Sinuwun Paku Buwono II.

Raden Mas Prabasuyasa disamping mengenyam pendidikan di Kartasura dan Kudus juga mendapat pengajaran perdagangan di daerah Banyumanik Semarang. Oleh karena asal usul Sinuwun Paku Buwono I atau Pangeran Puger berasal dari Banyumanik Semarang.
Pendidikan Raden Mas Prabasuyasa atau Sinuwun Paku Buwono II pernah dilakukan di daerah Madiun.

Berhubung Kanjeng Ratu Mas Balitar adalah putri Adipati Rangga Juminah Bupati Madiun. Raden Mas Prabasuyasa belajar tentang tata pertanian, pola pembibitan, pengairan, kehutanan, dan geografi gunung Lawu. Pada kesempatan ini pula Paku Buwono II terkesan adanya hidangan sega pecel Madiun. Bersamaan itu diperkenalkan pula jajan brem yang terkenal sepanjang masa.

Liputan JUGA  TAKUTLAH KEPADA ALLAH DENGAN MENGHINDARI WABAH VIRUS CORONA

Pengetahuan yang diperoleh dari beragam kota tersebut, membuat Raden Mas Prabasuyasa atau Paku Buwono II memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam. Kelak berguna setelah dinobatkan sebagai Raja Mataram pada tahun 1726. Dengan gelar Sinuwun Paku Buwono II.
Perubahan besar terjadi ketika tahun 1738 Paku Buwono II merancang perpindahan ibukota Mataram dari Kartasura ke Surakarta. Perpindahan ibukota ini berhasil pada tanggal 17 Sura tahun 1745. Tentulah pemindahan ibukota ini sudah menunjuk-kan bahwa Paku Buwono II adalah raja yang memiliki kekayaan yang berlimpah ruah.

C. Paku Buwono II Membangun Negeri.

Anak cucu Paku Buwono II melanjutkan cita-cita mulia. Kanjeng Ratu Kencono Wungu Permaisuri Raja Surakarta Hadiningrat mengusulkan berdirinya Kabupaten Klaten. Dulu tiap malem selasa Pahing diadakan acara tuguran

Untuk menghormati wiyosan dalem Sinuwun Paku Buwono II. Kabupaten Klaten berdiri atas usul Gusti Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Beliau adalah garwa prameswari Kanjeng Sinuwun Paku Buwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat tahun 1788-1820. Rapat pengusulan itu terjadi pada hari Sabtu Kliwon, 12 Rabiul Akhir 1731 atau tanggal 28 Juli 1804. Kejadian penting itu ditandai dengan tahun candra sengkala: Rupa Mantri Swaraning Jalak.

Panitia pembentukan Kabupaten Klaten dipimpin lang-sung oleh Gusti Kanjeng Ratu Kencono Wungu. Rapat panitia dilaksanakan di pendapa Kademangan Cakradipuran. Duduk dalam kepanitiaan itu adalah tokoh kraton. Tokoh keagamaan, pemuka masyarakat, pembesar Umbul Pengging, pemuka Umbul Cakra, Demang Prambanan, utusan keluarga Sunan Pandanaran Temba-yat, Juru Pengairan Kartasura dan Juru Kunci Gunung Merapi, Pengawas Kaliworo, Pengawas Kali Dengkeng, Dewan Kerajaan Bentangan, kelompok industri payung Juwiring dan pengusaha kuliner Jogonalan. Kawasan Karangnongko terdiri dari pengrawit Sumokaton. Untuk daerah Ngawen diikuti pengrajin kain. Untuk wilayah Manisrenggo hadir para seniman tari.
Dewan eksekutif panitia harian diserahkan kepada Kan-jeng Raden Arya Mangkupraja II. Beliau adalah Patih Karaton Surakarta Hadiningrat yang bertugas tahun 1796-1804. Hasil kerja dewan eksekutif panitia harian ini bertanggung jawab kepada GKR Kencono Wungu. Permaisuri Kanjeng Sinuwun Paku Buwono IV ini memiliki kemampuan di atas rata-rata. Beliau cerdas, cekatan, kaya-raya, ramah tamah, pemurah, bermartabat, berwawasan luas, berpandangan jauh ke depan dan diterima oleh semua kalangan.
Siapakah Gusti Kanjeng Ratu Kencono? Dari manakah asal usul permaisuri Kanjeng Sinuwun Paku Buwono IV ini? GKR Kencono Wungu adalah putri Bupati Pamekasan Madura, Kanjeng Raden Adipati Cakraningrat. Penguasa Madura terkenal sebagai bupati maju pikiran dan tindakan. Beliau punya jaringan luas pada penguasa Bang Wetan, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara. Istrinya adalah Rara Prihatmini, putri Pangeran Pekik, Bupati Surabaya.
Asal usul Kanjeng Ratu Kencono Wungu boleh dikatakan sangat terpandang. Dari silsilah bapaknya adalah penguasa Madura. Dari pihak ibunya merupakan pembesar Jawa Timur. Dari masa kecil sampai menjadi The First Lady karaton Surakarta Hadiningrat, GKR Kencono Wungu adalah Presiden Komisaris Pelabuhan Tanjung Perak. Sebelumnya beliau memegang jabatan Direktur Utama. Ketika masih belum menjadi istri raja, nama beliau yaitu Kanjeng Raden Ajeng Sukaptinah. Di lingkungan Ka-dipaten Pamekasan KRAj Sukaptinah diberi gelar Ratu Han-doyowati.
Usaha pokok KRAj Sukaptinah yaitu pemilik industri garam. Beliau menguasai pemasaran di Maluku, Tamasek Singa-pura, India, Tiongkok, Afrika dan Tanah Arab. Usaha ekspor im-por garam ini sudah barang tentu mendatangkan untung berlipat ganda. Selama menjadi permaisuri raja, Kanjeng Ratu Kencono Wungu tidak mau menggunakan fasilitas negara untuk urusan pribadi. Soal keuangan, Ratu Kencono Wungu boleh dibilang berlimpah turah-turah.
Trahing kusuma rembese madu. Dengan latar belakang yang serba berkecukupan itulah GKR Kencono Wungu percaya diri ikut serta menata berdirinya Kabupaten Klaten. Selaku Dewan penasihat panitia pembentukan Kabupaten Klaten yakni Raden Ngabehi Ranggasutrasno, Kanjeng Raden Tumenggung Sastronagoro dan KRT Sastrodipuro. Mereka terkenal sebagai pakar ulung dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Raden Ngabehi Rangga Sutrasno ahli tata wilayah KRT Sastronagoro pakar tata pemerintahan. KRT Sastrodipura terkenal sebagai pengelola ben-dungan dan pengairan yang tangguh.
Adapun ketua dewan pengawas panitia pemerintahan Kabupaten Klaten dipegang oleh GRM Sugandi. Kelak beliau menjadi raja Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1820-1823. Gelarnya adalah Kanjeng Sinuwun Paku Buwono V. Pada masa pemerintahan Paku Buwono V rakyat Klaten banyak dilibatkan dalam penyusunan Surat Centhini. Kitab Mahakarya ini bisa dikatakan ensiklopedi budaya Jawa.
Rapat pleno kepanitiaan menetapkan pula Kanjeng Raden Tumenggung Kusumonagoro sebagai Bupati Klaten. Terhitung tanggal 28 Juli 1804 KRT Kusumonagoro bertugas untuk menja-lankan roda pemerintahan di Kabupaten Klaten. Upacara pelan-tikan dilaksanakan di Sitihinggil Kraton Surakarta Hadiningrat. Langsung dilantik oleh Kanjeng Sinuwun Paku Buwono IV. Gagasan GKR Kencono Wungu menjadi kenyataan yang gemilang. Untuk menghormati penggagas kabupaten Klaten dipersembah-kan tari Bedaya Ludira Madu. Artinya putri bangsawan Madura yang memberi darma bakti kepada nusa dan bangsa. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila masyarakat Klaten menghormati perjuangan dan jasa besar. Pada malam pahargyan dilantunkan tembang dhandhanggula dengan mengutip serat Wulangreh.

Liputan JUGA  Riwayat Hidup Paku Buwana II Raja Mataram

 

Dhandhanggula Wasitaning Ati

  Banner Iklan Sariksa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *