Oleh: Dr. Purwadi, M.Hum
(Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA)
A. Tanah Perdikan Kedu Magelang
Kabupaten Magelang memiliki sejarah peradaban yang agung dan anggun. Kraton Pajang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya menjadikan daerah daerah tertentu sebagai wilayah perdikan. Misalnya wilayah yang diapit Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Telamaya, Gunung Ungaran dan Gunung Menoreh, sebagai daerah perdikan yang memiliki hak-hak keistimewaan.
Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir menyadari bahwa Naga Baru klinthing pernah melingkari gunung dengan ekor dan lidah. Kegiatan tepung gelang inilah asal mula nama Magelang.
Saat naik prau gethek yang berhulu dari gunung Merbabu Joko Tingkir atau Mas Karebet menghayati makna hidup. Kali Serang bermata air dari Gunung Merbabu, lantas mengalir ke wilayah Semarang, Salatiga, Boyolali, Grobogan, Kudus, Demak dan Jepara. Atas petunjuk Ki Ageng Banyubiru, Joko Tingkir mendapat kewibawaan di Kasultanan Demak Bintara. Kelak Joko Tingkir atau Mas Karebet menjadi raja di Kraton Pajang.Babad Tanah Jawi menyebut dengan
Tembang Megatruh
Sigra milir sang gethek sinangga bajul,
Kawan dasa kang njageni, Ning ngarsa miwah ing pungkur, Tanapi ing kanan kering, Sang gethek lampahnya alon.
Naiknya Joko Tingkir atau Mas Karebet menjadi raja Pa-jang tak lepas dari jasa Ki Ageng Penjawi, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Juru Martani dan Ki Ageng Karotangan. Daerah Magelang diserahkan oleh Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Karotangan. Beliau adik Ki Ageng Pemanahan. Kedua orang tokoh pendiri Mataram ini anak kandung Ki Ageng Enis yang sumare di Laweyan. Ki Ageng Enis anak Ki Ageng Sela. Sedang Ki Ageng Sela anak Ki Ageng Getas Pendawa. Adapun Getas Pendawa merupa-kan anak Lembu Peteng atau Bondan Kejawan yang menikah de-ngan Dewi Nawangsih.
Dalam sejarah Jawa Nawangsih adalah putra Ki Ageng Tarub yang menikah dengan Dewi Nawangwulan. Ki Ageng Tarub sendiri adalah putra Dewi Rasawulan yang menikah dengan Syekh Magribi atau Makdum Ibrahim. Dewi Rasawulan anak Bupati Tuban, Kanjeng Adipati Wilwatikta.
Sudah diketahui pula bahwa Adipati Wilwatikta adalah ayah Kanjeng Sunan Kalijaga. Dengan demikian Ki Ageng Karotangan masih satu darah dengan Sunan Kalijaga. Ki Ageng Karotangan sebagai ahli budaya, agama, seni, sastra, pertanian dan pemerintahan layak diberi tugas untuk membina wilayah Magelang. Untuk sementara pimpinan Magelang diserahkan kepada Adipati Mandaraka. Beliau anak Ki Ageng Karotangan yang lama diasuh oleh Ki Ageng Juru Martani.
Harap diketahui bahwa Juru Martani adalah tokoh utama Mataram yang tidak punya anak. Sehingga beliau cukup dengan mengasuh kemenakan-kemenakannya. Harapan ini terwujud karena semua anak didik Ki Ageng Juru Martani menjadi orang ternama. Misalnya Ngabehi Loring Pasar atau Danang Sutawijaya kelak menjadi raja Mataram pertama dengan gelar Panembahan Senopati.
B. Magelang Menjadi Pusat Pendidikan Patih Mataram
Dulu di daerah Paremono Muntilan Magelang dijadikan pusat pelatihan pejabat Mataram. Kecakapan, pengalaman, ketrampilan, keilmuwan seseorang sangat diperhatikan dalam menjalankan pemerintahan di Kerajaan Mataram. Warga keturunan dari daerah Magelang yang patut dikenang sepanjang masa adalah Patih Mandaraka dan Patih Sindureja. Kedua priyagung luhur ini pernah menduduki jabatan eksekutif kepatihan di kraton Mataram.
Baiklah kita tinjau sejenak asal usul Patih Mandaraka dan Patih Sindureja dalam perspektif sosiologis dan historis. Di Trojayan Paremono Mungkid Magelang sejarah Kepatihan Kraton Mataram dibicarakan oleh para trah keturunan pada hari Jum’at, 12 April 2019. Mereka adalah keluarga besar keturunan Ki Ageng Karotangan yang tinggal di Trojayan, Paremono, Mungkid, Magelang. Dengan didukung oleh GKR Wandansari, pengageng kraton Surakarta Hadiningrat, kehidupan para leluhur dibahas dengan berbagai sudut pandang. Leluhur mereka telah memberi warisan adi luhung edi peni, yang wajib untuk dilestarikan.
Tokoh sentral yang mencapai puncak karir politik ber-nama Arya Sindurejo. Dari asal-usulnya Arya Sindurejo adalah putra Patih Mandaraka. Sedang Patih Mandaraka sendiri adalah putra Ki Ageng Karotangan. Beliau adik Ki Ageng Pemanahan. Sejak kecil Patih Mandaraka diasuh oleh Ki Juru Martani. Para pendiri kraton Mataram sungguh sungguh mendidik generasi penerus. Patih Mandaraka menjadi pejabat negara yang mumpuni, trampil dan berwawasan jauh ke depan.
Kerajaan Mataram tampil menjadi negara besar, wibawa dan disegani di seluruh kawasan Nusantara.
Dalam sisi lain Ki Ageng Karotangan memiliki anak asuh yang bernama Rara Tuntang. Sebetulnya Rara Tuntang adalah anak Ki Ageng Saba. Sejak kecil diasuh oleh Ki Ageng Karotangan. Kelak Rara Tuntang diambil istri oleh Pangeran Radin, anak Pangeran Benowo. Jadi Rara Tuntang menjadi menantu Pangeran Benowo, keturunan Sultan Hadiwijaya raja Pajang. Perkawinan Pangeran Radin dengan Dewi Rara Tuntang menurunkan Dewi Mayangsari. Kelak putri ini menikah dengan Sri Susuhunan Amangkurat Agung.