Abdi dalem Bedaya Lambang Kesuburan

Liputan KOLOM195 views

Oleh Dr Purwadi M.Hum. Ketua LOKANTARA, Lembaga Olah Kajian Nusantara. Hp 0878 6440 4347

Selasa Kliwon, 20 Desember 2022 pukul 11-13 diadakan kegiatan budaya. Abdi dalem Kraton Surakarta Hadiningrat nggelar pusaka tari bedaya Ketawang. Bertempat di Sasana Sewaka.

Ganda arum bau dupa yang wangi menyebar ke kanan dan kiri. Sinar matahari bercahaya terang. Sawo kecik yang berjumlah 64 batang tampak rindang ngrembuyung. Angin berhembus sumilir sejuk. Burung burung berkicau, berlompat lompat kegirangan.

Abdi dalem bedaya bertugas tiap selapan sekali. Hari Selasa Kliwon merupakan jadwal rutin gladhen beksan bedaya ketawang. Tari ini diciptakan oleh Kanjeng Sultan Agung. Raja Mataram ketiga yang memerintah tahun 1613 – 1645 memang Narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambek adil paramarta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana.

Liputan JUGA  Menaker Ida Sampaikan Tiga Kebijakan Perbaiki Ekosistem Ketenagakerjaan

Tari bedaya Ketawang dipercaya sebagai lambang kemakmuran. Karaton Surakarta Hadiningrat wajib nggelar bedaya ketawang sebagai wujud darma bakti kepada ibu pertiwi. Bapa angkasa ibu pertiwi diberi persembahan tari sakral.

Gladhen tari bedaya ketawang selama 2 jam. Suara gamelan lokananta berkumandang di awang awang. Pengrawit duduk lesehan di antara sasana sumewa dan sasana handrawina. Gong kenong, kemanak, kendang, ketipung, gender mengalun. Suara waranggana yang terlatih khusus membawakan syair mistis.

Para penari bedaya ketawang yang berjumlah 13 memakai kostum seragam. Menari harus dalam keadaan suci. Abdi dalem bedaya masih perawan dan belum menikah. Syarat wajib ini perlu dipenuhi. Siram jamas dilakukan. Tapa brata dan lek lekan menjadi laku wajib. Kerap melakukan ritual di pantai Parangkusumo.

Liputan JUGA  MAKNA KEMERDEKAAN

Pertemuan Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul dilambangkan dengan tari bedaya ketawang. Syair sindhenan bedaya ketawang berisi tentang kisah percintaan pendiri kraton Mataram. Panembahan Senapati yang memerintah tahun 1575-1601 sering lelana laladan sepi.

Abdi dalem garap lenggah ing untarasana. Dengan tekun mereka memperhatikan gerakan mistik sakral. Alunan gendhing yang memenuhi pelataran menambah wibawa daya spiritual. Sebagian membawa sesaji di panggung sangga buwana. Kegiatan spiritual kraton Surakarta berlangsung terus menerus, turun tumurun, terah tumerah.

  Banner Iklan Sariksa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *