Oleh : Ihwan Kadir
Adalah hak setiap orang untuk setuju atau tidak setuju dengan kebijakan, rencana ataupun apapun istilahnya dari pihak lain baik itu pribadi, kelompok, lembaga atau bahkan oleh negara sekalipun, sepanjang kesetujuan atau ketidaksetujuan itu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk dalam hal ambisi pemerintah membangun smelter besar-besaran melalui pihak swasta, perusahaan pribumi atau asing. Tetapi bagi anda warga para pembaca, seumpama ada yang tidak setuju dengan kebijakan itu bersiaplah!
Bersiaplah melawan gempuran smelter-smelter itu dan bersiaplah melawan negara. Kalian sudah dikepung.
Bagaimana tidak, jika tak suka dengan smelter dan ingin menghindarinya kira-kira mau lari kemana, keluar Pulau Sulawesi? Oh jangan, anda tidak akan lolos dari menjumpai smelter-smelter itu.
Ke Banten ada PT Century Metalindo dan PT Cahaya Modern Metal Industri, ke Maluku Utara ada PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, ada PT Gebe Industry Nickel, ada PT Wanatiara Persada (Nikel), ada PT Halmahera Persada Lygend, PT Megah Surya Pertiwi juga PT Weda Bay Nickel.
Itu baru Smelter Nikel. Belum Komoditi lain seperti smelter Bauksit di Kalimantan Barat, smelter besi di Jawa Barat, Tembaga di Maluku, juga ada smelter Tembaga dan Mangan di Jawa Timur. Semua itu adalah smelter-smelter yang sudah beroperasi. Stop! Tidak usah kemana-mana, stay di kampung sendiri saja.
Baik, kita kembali fokus ke Sultra. Jika titik start kita dari utara sana, sebelum Kolaka Utara disana ada raksasa Vale-Soroako yang sudah sejak lama mengukir sejarahnya, ada Kalla Group di Palopo, juga Huadi-Alloy di Bantaeng ujung sana yang sudah lebih dahulu menghadang.
Memasuki perbatasan Sulsel-Sultra, tepatnya Malili, disana juga telah siap PT Indo Nickel Industri dan Pinggao Group Company Limited yang berencana ground breaking pada bulan Januari 2023. Terus kesini ada PT. Kovalen Mining dan PT Petra yang lokasinya berada di Desa Lawaki, Kecamatan Tolala. Tak tanggung-tanggung estimasi keseluruhan investasi mencapai Rp100 triliun. Anggaran sebanyak ini konon untuk pembangunan instalasi pabrik yang bakal menyaingi PT VDNI di Konawe dan PT IMIP Morowali di Sulawesi Tengah.
Terus ke sini lagi, nah ini dia, tibalah anda pada tanah masa depan kami, Blok Lapao-pao. Kenapa kami, karena disinilah saya, keluarga, kerabat beserta handai taulan, lahir dan beranak pinak. Ditempat inilah berada PT Ceria Nugraha Indotama, Proyek Strategis Nasional yang di targetkan rampung pada Tahun 2024 dengan proyeksi tenaga kerja 5000 orang.
Terus menuju Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, anda akan melintasi Blok Pomala-Kolaka. Disitu ada Antam yang sesungguhnya sudah cerita lama. Cerita barunya, lagi-lagi Vale sudah ground breaking dan di ekseskusi langsung oleh Pak Luhut, pentolan urusan smelter terpopuler di republik ini. Dalam publikasi resminya, proyek ini bakal menyerap 12 ribu tenaga kerja.
Ayo, kemana lolosnya?
Ke Konawe ada PT Virtue Dragon dan PT OSS yang tiba-tiba sudah menyulap kampung Marosi menjadi kota kecil sangat padat. Tak jauh dari Marosi, begitu masuk ke Konawe Utara disitu ada lagi kawasan industri smelter milik PT Nusantara Industri Sejati (PT NIS) juga PT MBG Nikel Indonesia, anak usaha Made By Good (MBG) Group asal Korea Selatan (Korsel) yang nilai investasinya diperkirakan mencapai Rp76 triliun.
Dari Konawe Utara terus berjalan ke arah Sulawesi Tengah, anda pasti akan menjumpai Morowali yang sudah amat terkenal itu. Terkenal karena selain produksi nikelnya terbesar, juga lantaran issu tenaga kerja Chinanya yang luar biasa melimpah.